Sejarahgunung Bromo tidak pernah lepas dengan cerita legenda rakyat dari Joko Seger dan Roro Anteng, cerita ini berkembang turun - temurun hingga saat ini. menurut cerita adat, legenda ini merupakan legenda awal mula terbentuknya kawah gunung Bromo, gunung Batok dan lautan pasir yang ada di sekitar kaldera Bromo.
1 Gunung Semeru atau Mahameru merupakan bagian dari pengelolaan taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang mencakup lembah dan gunung seluas 50.273,3 hektar. 2. Di dalam kompleks Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini, terdapat Gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung Kursi, Gunung Watangan, dan Gunung Widodaren.
GunungBromo atau dalam bahasa Tengger dieja "Brama", juga disebut Kaldera Tengger, adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia.Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang.Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di
GunungBromo atau "Brahma" memiliki ketinggian 2.329 Mdpl, berada di Jawa Timur dan merupakan gunung yang terhampar di kawasan Komplek Pegunungan Tengger. Gunung ini juga di sebut Kaldera Tengger merupakan sebuah gunung berapi aktif yang memiliki garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat) dan berada di lautan
PasirBerbisik adalah salah satu lokasi yang berada di area lautan pasir bromo selain dari Penanjakan, Kawah Gunung Bromo dan Padang Savana, awal mula dari pasir berbisik ini adalah tempat di mana lautan pasir yang memiliki suara desisan angin yang khas saat ada terpaan angin. Dari sinilah masarakat sekitar atau wisatawan menyebut tempat ini
TumbuhnyaBunga ini selalu di tempat ketinggian atau diatas Gunung yang ketinggian di antara 800 MDPL sampai ke Ketinggian 3.500 MDPL, apabila kita applikasikan dengan sikap hidup dan akhlak dalam kehidupan yaitu ; Gunung itu bentuk keagungan sikap pribadi diri kita yang peka akan Alam itu sendiri, ketinggian juga melambangkan dari sikat yang
LegendaAsal-Usul Gunung Bromo dalam Bahasa Inggris dan Artinya . Gunung bromo. Once upon a time in the area lived a beautiful girls with name rara anteng. Why she was named with rara anteng ? She was named with that name because when she was born in the world she was not crying like other baby that always crying, she was so silent and her
Untukmendakinya, traveler dimudahkan dengan adanya anak 250-an tangga. 2. Asal nama Gunung Bromo dari Brahma, salah satu dewa di agama Hindu. Dalam bahasa Sanskerta dieja sebagai Brama. 3. Gunung ini dianggap suci oleh Suku Tengger yang mendiami sekitar Gunung Bromo. Mereka mengadakan ritual Kasodo setahun sekali. 4.
Ceritarakyat dari Yogyakarta pertama yang akan kakak ceritakan di hari libur ini adalah mengenai kisah terbentuknya Gunung Merapi. Selain itu kakak juga akan menceritakan sebuah dongeng Yogyakarta yaitu mengenai asal usul gubug rubuh pada dongeng ini mengandung sejarah mengenai masuknya agama Islam ke daerah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang saat itu dikuasai oleh Kerajaan Majapahit
Begitulahringkasan cerita rakyat gunung bromo atau cerita rakyat asal mula gunung bromo. Legenda Gunung Bromo merupakan salah satu dari ribuan kumpulan cerita rakyat nusantara yang bisa dikisahkan untuk anak anak. Pasalnya, selain untuk memperkenalkan sejarah dan budaya indonesia juga untuk mengajarkan nilai moral yang ada dalam cerita itu.
Watusinga menjadi daya tarik tersendiri di kawasan wisata gunung Bromo. Awal mula terkenalnya watu singa ini karena menjadi tempat syuting film pada tahun 2001. d. Wisata Pura Luhur Poten. Di sekitar wisata gunung Bromo, memang masyarakatnya terkenal banyak menganut agama Hindu. Terutama untuk suku aslinya yakni suku Tengger.
LegendaAsal Mula Rakyat Suku Tengger Bromo. Lalu untuk legenda gunung Bromo sendiri di ceritakan pada dahulu kala ketika dewa dewi senang turun kedunia, kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah dan mencari tempat pengungsian. Pada saat itulah dewa mulai menuju ke sebuah tempat di sekitar kawasan gunung bromo.
ObyekWisata Bromo menjadi salah satu icon Wisata Alam Jawa Timur. Bromo terkenal dengan keindahan sunrisenya yang memukau serta sebuah danau kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Asalusul nama gunung bromo adalah berasal dari bahasa sansekerta atau jawa kuno dari asal kata "brahma " yaitu salah satu dewa utama dalam agama hindu. Pada waktu pengaruh islam mulai masuk di kerajaan majapahit, ada sebagian penduduk yang kuat kepercayaannya terhadap agamanya. Pertama, kami bakal kasih tahu asal mula nama gunung
GunungBromo menjadi salah satu destinasi wisata Indonesia yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. karena Subscribe Now Facebook Instagram Twitter Linkedin Youtube
LhNqOiG. Gunung Bromo adalah salah satu gunung berapi aktif yang ada di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur dan meliputi 4 kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Bromo jadi tujuan wisata terkenal di Jawa Timur dan hampir tidak pernah sepi setiap harinya. Statusnya yang masih aktif membuat Gunung Bromo jadi lebih menarik di mata wisatawan. Ketinggian Gunung Bromo meter diatas permukaan laut dan memiliki bentuk tubuh bertautan diantara lembah dan ngarai dengan di kelilingi kaldera atau lautan pasir luas kurang lebih sekitar hektar. Gunung Bromo terkenal sebagai icon wisata probolinggo paling indah dan paling banyak dikunjungi. Kata “Bromo” berasal dari kata “Brahma” yaitu salah satu Dewa Agama Hindu. Gunung Bromo memang tidak besar seperti gunung api lain di Indonesia tetapi pemandangan Bromo sangat menakjubkan sekali. Keindahan Gunung Bromo yang luar biasa membuat wisatawan kagum. Dari puncak Penanjakan pada ketinggian m, wisatawan bisa melihat matahari terbit di Wisata Bromo. Pemandangan yang indah membuat banyak wisatawan ingin mengabadikan momen berharga ini. Pada waktu matahari terbit terlihat dari puncak penanjakan yang sangat luar biasa para pengunjung bisa melihat latar depan dari Gunung Semeru yang akan mengeluarkan asap terlihat dari kejauhan dan matahari akan bersinar terang naik ke atas langit. Masyarakat sekitar Gunung Bromo akan merayakan festival Yadnya Kasada atau Kasodo setiap tahun sekali dengan memerikan persembahan seperti sayuran, ayam, dan uang yang akan dipersembahkan pada dewa dan dibuang ke dalam kawah gunung Bromo. Sebagai wujud dari rasa syukur kepada yang maha kuasa. Sejarah Gunung BromoTempat Wisata di Gunung BromoKawah Gunung BromoBukit Teletubies Gunung BromoPasir Berbisik Gunung BromoPenanjakan Gunung BromoKebun Strawberry di Gunung BromoBudaya di Gunung BromoAktivitas Gunung BromoLetusan pada tahun 2004Letusan pada tahun 2010Letusan pada tahun 2011Cara Liburan ke Gunung Bromo Sejarah Gunung Bromo Jaman dahulu ketika kerajaan majapahit menerima banyak serangan dari berbagai daerah, banyak penduduk pribumi jadi bingung mencari tempat tinggal baru sampai akhirnya mereka pisah jadi 2 bagian. Satu menuju ke Bali, dua menuju Gunung Bromo. Kedua tempat ini sampai sekarang memiliki kesamaan yaitu sama-sama menganut Agama Hindu. Nama “Tengger” diyakini berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger. “Teng” merupakan akhiran nama Roro An-“teng” dan “ger” merupakan akhiran nama dari Joko Se-“ger” dan Gunung Bromo juga dipercaya sebagai gunung suci. Masyarakat Hindu menyebutnya dengan nama Gunung Brahma. Sedangkan orang Jawa menyebutnya Gunung Bromo. Kurang lebih seperti itulah asal – usul dari legenda Gunung Bromo. Tempat Wisata di Gunung Bromo Kawah Gunung Bromo Untuk dapat sampai di lokasi wisata Kawah Gunung Bromo, dari tempat parki Jeep para pengunjung dapat menggunakan jasa sewa kuda atau berjalan kaki kurang lebih sekitar 1,5 km untuk sampai di anak tangga yang jumlahnya sekitar 250. Jalan yang dilewati berpasir dan melewati Pura Suci Suku Tengger yang biasa di fungsikan untuk melaksanakn perayaan Yadya Kasada atau biasa disebut dengan nama Upacara Kasodo, menurut legendanya Kawah Bromo asalnya dari letusan gunung Tengger. Dengan garis tengah lebih kurang 800 meter utara-selatan dan lebih kurang 600 meter timur-barat. Sedangkan kawasan yang berbahaya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Gunung Bromo. Bukit Teletubies Gunung Bromo Merupakan sebuah padang-savanah yang biasa disebut dengan nama Bukit Teletubies Gunung Bromo dan dikelilingi deretan perbukitan. Sebuah pemandangan alam yang sangat sempurna, bisa dikatakan Gunung Bromo mempunyai pesona alam yang sangat komplit, mulai dari pemandangan matahari terbit yang indah, kemegahan kawah Wisata bromo, kaldera atau lautan padang pasir dan hamparan rumput yang terdapat di padang savanah ini. Pasir Berbisik Gunung Bromo Merupakan hamparan lautan padang pasir hitam yang luas dan indah, lokasinya berada di sekitar Kaldera Gunung Bromo tepat pada bagian timur kawasan wisata Gunung Bromo. Tempat ini sekarang jadi populer sejak pernah dijadikan sebagai lokasi shooting film Pasir Berbisik yang dibintangi oleh dian Sastro Wardoyo. Berada ditengah lautan pasir terdapat sebuah pure yang biasa dijadikan sebagai tempat sembahyang masyarakat suku Tengger. Penanjakan Gunung Bromo Gunung Bromo adalah lokasi terbaik di Indonesia untuk melihat matahari terbit yang sangat indah dan menawan. Untuk dapat mencapai Penanjakan Gunung Bromo, wisatawan bisa menggunakan jasa sewa jeep Bromo untuk mengantarkan sampai ke lokasi-lokasi wisata menarik di Gunung Bromo. Berangkat menuju Puncak Pananjakan Gunung Bromo harus dilakukan pada di dini hari pagi sekitar pukul dan perjalanan dapat dimulai dari penginapan tempat Anda menginap di gunung bromo, supaya Anda tidak ketinggalan matahari terbit di kawasan wisata Gunung Bromo. Kebun Strawberry di Gunung Bromo Gunung Bromo tidak hanya menawarkan Anda pemandangan alam yang indah dan kebudayaan saja, dalam bidang Agrowisata Anda juga dapat menemukan kawasan wisata yang memiliki nuansa beda untuk di Gunung Bromo. Di kawasan wisata yang satu ini, Anda dapat langsung memetik buah strawberry sendiri langsung dari tangkai pohonnya. Lebih dari itu Anda juga dapat secara langsung menikmati manisnya strawbery khas Gunung Bromo. Buah Strawbery yang tumbuh di Gunung Bromo ini beda dengan yang ada di daerah lain. Yang membuatnya berbeda, strawberry yang tumbuh di Gunung Bromo ini mempunyai cita rasa khas yang legit, dan berwarna merah merona. Jika Anda sedang berkunjung ke salah satu gunung yang tercantik di dunia ini, tidak ada salahnya mencoba untuk nikmati sensasi manis dan legitnya buah strawberry lereng Gunung Bromo. Budaya di Gunung Bromo Pada waktu hari ke 14 festival Hindu Yadnya Kasada, masyarakat Tengger yang hidup di sekitar Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, melakukan pendakian gunung dengan membawa sesaji atau persembahan yang berupa buah, beras, sayuran, bunga dan juga pengorbanan ternak mereka kepada para dewa gunung dengan cara melemparkan sesaji tersebut ke dalam kaldera gunung berapi. Asal usul dari ritual ini berasal dari legenda pada abad ke-15 di mana ada seorang putri bernama Roro Anteng dan suaminya, Joko Seger. Pasangan ini awalnya tidak memiliki keturunan dan karena itu pasangan ini memohon bantuan pada para dewa gunung. Para dewa Gunung kemudian memberikan mereka 24 anak akan tetapi, ternyata diberikan 25 anak, yang terakhir bernama Jaya Kusuma, dan dalam perjanjian pasangan tersebut dengan para dewa, pasangan tersebut harus melemparkan anaknya yang ke 25 ke dalam gunung berapi sebagai korban. Kemudian permintaan dari dewa Gunung pun dilaksanakan. Setelah Jaya Kusuma menceburkan diri ke dalam kawah Gunung, dia meminta pada masyarakat Tengger supaya menceburkan hasil ladang ke dalam kawah setiap tanggal 14 bulan kasadha, Tradisi melemparkan hasil ladang ke gunung berapi untuk menenangkan para dewa-dewa kuno ini kemudian berlanjut sampai saat ini dan disebut dengan upacara Yadnya Kasada. Meskipun berbahaya, beberapa warga mengambil resiko naik turun ke kawah gunung tersebut, dalam upaya untuk membawa barang yang dikorbankan tersebut dipercayai dapat membawa keberuntungan untuk mereka. Pada padang pasir terdapat sebuah candi Hindu yang disebut dengan nama Pura Luhur Poten. Candi tersebut memegang arti penting untuk masyarakat Tengger yang tersebar di desa-desa pegunungan, seperti Argosari, Ngadisari, Ngadas, Wonokitri, Ranu Prani, Ledok Ombo dan Wonokerso. Candi ini menjadi tempat utama dalam upacara Yadnya Kasada tahunan yang berlangsung kurang lebih dalam waktu satu bulan. Pada hari ke-14, biasanya masyarakat Tengger akan berkumpul di Pura Luhur Poten ini untuk meminta berkah dari Ida Sang Hyang Widi Wasa dan penguasa Mahameru Gunung Semeru. Kemudian berbagai macam hasil dari sepanjang tepi kawah Gunung Bromo menjadi sesaji yang akan dilemparkan ke dalam kawah. Perbedaan yang menonjol antara candi di Bromo ini dan candi yang ada di Bali adalah jenis bahan batu dan bahan bangunan. Pura Luhur Poten yang ada di Bromo menggunakan batu hitam alami yang berasal dari gunung api di dekatnya, sementara candi di Bali sebagian besar terbuat dari material batu bata merah. Dalam pura ini, terdapat beberapa bangunan dan juga kandang selaras di dalam komposisi zona mandala. Aktivitas Gunung Bromo Letusan pada tahun 2004 Gunung Bromo pernah meletus pada tahun 2004. Letusan tersebut mengakibatkan kematian dua orang karena terkena batu dari ledakan gunung. Letusan pada tahun 2010 Pada hari Selasa, bulan November tanggal 23, tahun 2010, pukul WIB Waktu Indonesia Barat, Pusat Vulkanologi dan Indonesia Mitigasi Bencana Geologi CVGHM menegaskan bahwa status aktivitas di Gunung Bromo sedang “waspada” karena semakin meningkatnya aktivitas tremor dan gempa vulkanik dangkal yang terjadi di gunung. Kekhawatiran semakin besar dan prediksi bahwa letusan gunung berapi mungkin mungkin terjadi semakin kuat. Tindakan pencegahan pun dilakukan dan penduduk setempat juga wisatawan diminta untuk tidak terlalu dekat dengan Gunung Bromo, setidaknya dalam radius tiga kilometer dari kaldera Bromo didirikan perkemahan untuk para pengungsi. Daerah di sekitar Teggera kaldera Bromo tetap terlarang untuk para pengunjung di sisa akhir tahun 2010. Kemudian Bromo mulai meletus abu pada hari Jumat 26 November 2010. Pada tanggal 29 November 2010 Juru bicara Kementerian Perhubungan Bambang Ervan mengumumkan kalau bandara domestik Malang akan ditutup sampai dengan 4 Desember 2010. Malang merupakan kota besar dan berpenduduk sekitar jiwa dan lokasinya berada sekitar 25 km 16 mil arah barat dari Gunung Bromo. Bandara Abdul Rachman Saleh biasanya menangani sekitar 10 penerbangan domestik setiap harinya yang berasal dari ibukota Jakarta. Pemerintah vulkanologi Surono melaporkan kalau gunung berapi akan memuntahkan kolam abu sampai dengan radius sekitar 700 meter kaki ke langit. Letusan pada tahun 2011 Letusan Gunung Bromo pada tanggal 22 Januari 2011 pukul 0530 membuat Kawah Gunung Bromo sampai tidak terlihat Kawah Tengger masih aktif pada waktu akhir Januari 2011, kegiatan yang ditandai dengan fluktuasi letusan sedang berlangsung. Pada tanggal 23 Januari 2011 Pusat Vulkanologi Indonesia dan Mitigasi Bencana Geologi CVGHM Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan bahwa sejak tanggal 19 Desember 2010 abu dan material vulkanik pijar sudah dikeluarkan oleh aktivitas letusan gunung dan menghasilkan hujan yang lebat dari bahan yang jatuh di sekitar kawah. Letusan terus menerus yang terjadi pada tanggal 21 Januari menyebabkan banyak abu tipis jatuh terutama di daerah desa Ngadirejo dan Sukapura Wonokerto yang ada di Kabupaten Probolinggo. Dampak yang dihasilkan dari hujan lebat abu vulkanik akibat letusan gunung sejak 19 Desember 2010 mengakibatkan aktivitas normal jadi terganggu. Kemudian pada awal 2011 keprihatinan tentang ekonomi lokal dan masalah potensi lingkungan juga kesehatan dalam jangka panjang di antara warga yang ada di wilayah sekitar Gunung Bromo. Karena curah hujan musiman yang sangat tinggi pada bulan Januari 2011 potensi lahar dan aliran lava naik karena deposito abu vulkanik, pasir dan bahan lainnya yang telah dikeluarkan kemudian dibangun. Orang yang tinggal di tepi Perahu Ravine, Nganten Ravine dan Sukapura Sungai disiagakan untuk kemungkinan aliran lava, terutama ketika hujan lebat di daerah sekitar Cemorolawang, Ngadisari dan Ngadirejo. Cara Liburan ke Gunung Bromo Darimanapun Anda berasal, bisa menuju kota Surabaya atau Malang terlebih dahulu. Jauh hari sebelum berangkat, pastikan untuk merencanakan liburan Anda dengan baik. Agar lebih mudah dan lebih murah, Anda bisa memesan paket wisata Bromo, pasti lebih murah dan lebih efisien. Jika Anda pesan paket wisata Bromo, Anda akan dijemput di Surabaya atau Malang, atau area sekitarnya. Kemudian diantarkan ke Bromo, sampai diantarkan kembali menuju lokasi yang Anda inginkan, di Surabaya atau Malang dan sekitarnya. Sangat mudah, murah, dan tidak membuang banyak waktu.
Kali ini saya menulis tentang sejarah atau asal mula Gunung Bromo. Banyak wisatawan yang kurang mengetahui asal mu-asal tempat yang dikunjunginya, oleh sebab itu di sini saya memaparkan cerita rakyat menurut warga sekitar tentang asal mula Gunung Bromo. langsung aja ke cerita yuk Berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Gunung Bromo Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Asal Usul Suku Tengger Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo . Pada masa itu berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo Purba Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Cerita Asal Usul Suku Tengger. Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi dan di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo. Larangan Di Gunung Bromo Gunung Bromo begitu mempesona sehingga banyak para wisatawan dari berbagai negara tertarik untuk bisa menikmati keindahan alamnya. Namun untuk sahabat yang akan berlibur ke gunung bromo harus tahu larangan apa saja yang harus ditaati ketika pergi ke bromo. Dilarang Melangkahi Pawon Menurut kepercayaan masyarakat Tengger, seseorang dilarang melangkahi pawon. Pawon sendiri merupakan alat untuk memasak dalam budaya Suku Tengger. Jika seseorang melangkahi pawon, dia diyakini akan kehilangan jodohnya atau jodohnya akan direbut oleh orang lain. Membawa pulang batu bata dari Gunung Bromo Larangan ini juga patut sahabat ketahui karena jika tidak, itu bisa berakibat buruk pada diri sahabat. Ketika sahabat berwisata ke Gunung Bromo, jangan coba-coba membawa pulang batu bata dari tempat tersebut. Jika sahabat melakukannya, penghuni Bromo’ diyakini akan marah dan dapat membawa nasib buruk bagimu. Kencing menghadap Gunung Bromo Meski terdengar absurd, sahabat nggak boleh buang air menghadap ke arah Gunung Bromo. Hal ini dipercaya akan membawa nasib buruk bagi pelakunya, karena aktivitas itu dinilai melecehkan penghuni’ Gunung Bromo. Bertindak atau berkata kotor saat masuk Pura Datang ke Bromo belum lengkap jika belum mampir ke Pura Luhur Poten. Tapi ingat, jika sahabat ingin berkunjung ke pura ini, dilarang keras untuk melakukan tindakan ataupun bertutur yang nggak pantas. Wanita yang sedang haid dilarang masuk Pura Selain tidak diperkenankan untuk bertindak, berbicara, atau berpikir hal yang nggak pantas di dalam pura, wanita yang sedang haid juga dilarang untuk masuk ke area suci tersebut. Jadi, jika sahabat sedang dalam kondisi tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk masuk. Begitulah Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” menjadi cerita rakyat yang membudaya bagi masyarakat suku tengger di kawasan gunung bromo. Cerita tentang Sejarah Dan Legenda Wisata Gunung Bromo dengan peran ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” sangat populer bagi wisatawan Liburan Ke Bromo.
Kawah Bromo mengepulkan asap putih, berdampingan dengan Gunung Batok, berlatar Gunung Semeru merupakan pemandangan umum yang diambil dari Gunung Pananjakan. Dari trek ini pula, Martolo 62th, warga Dusun Wonosari, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mencari rumput siang itu. Dari jauhan, tampak kawah Bromo, puncak Gunung Bromo, mengeluarkan asap tebal, berwarna kelabu. “Bromo “belum sehat”, wisata dialihkan. Tapi kami aman,” kata Martolo. Ia dan masyarakat yang bermukim di sekitar Bromo sudah terbiasa dengan aktivitas Bromo. Menurut kepercayaan Suku Tengger, ketika Bromo sedang erupsi takkan melukai. Bromo sedang “bekerja”, melakukan sesuatu di bawah sana, sehingga wajar bila mengeluarkan material berupa abu vulkanik yang akan dibagi rata ke segala penjuru mata angin. Siang itu, 11 Januari 2015, ke arah barat. Lain hari akan ke barat daya dan arah lain sebagaimana Bromo yang berbagi “berkat” dengan merata. Abu vulkanik bagi Suku Tengger merupakan berkat bingkisan dari Bromo untuk menyuburkan tanah di sekitarnya. “Saya menanam kentang, ya semuanya rusak. Tapi masih ada bawang daun yang ditanam di sela-sela kentang, masih bisa dipanen,” tambah Martolo. Ada 3 jenis sayuran yang ditanam di masyarakat sekitar Bromo yaitu kentang, kubis, dan bawang daun. Saat abu vulkanik mengguyur tanah pertanian, hanya bawang daun yang masih bisa dipanen, lainnya tertimbun abu dan mati. Bawang daun tidak menampung abu karena bentuk daunnya yang runcing dan licin, sehingga abu turun ke bawah. Begitulah, ada kepercayaan bila Bromo “sedang bekerja”, tidak boleh diganggu. Menurut Martolo, tak perlu mengeluh. Masih ada yang tetap bisa dilakukan seperti biasa. “Biasanya juga melakukan sesaji, untuk mengirim doa keselamatan pada leluhur,” kata Martolo. Sesaji ini dilakukan bila Bromo erupsi, bertujuan untuk mendoakan para leluhur dan memohon keselamatan bagi penduduk. Sesaji ini dikirim untuk persembahan kepada Bromo agar lebih tenang. Kepercayaan masyarakat Bromo terhadapap gunungapi sama halnya dengan kepercayaan masyarakat Jawa pada masa lampau, bahwa gunungapi merupakan kekuatan. Hubungan religius antara masyarakat, kkhusunya suku Tengger dengan gunung api sudah terjalin sejak zaman kuno. Bahkan menurut Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya 1996, pemujaan terhadap gunung api ini jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Jawa. Hubungan itu terus terjalin, hingga kejayaan Kerajaan Majapahit. Legenda masyarakat Tengger yang percaya sebagai leluhur mereka dari Rara Anteng dan Jaka Seger dari Majapahit masih melestarikan ritual tersebut yakni dengan upacara Kasada. Upacara ini menjadi daya tarik para wisatawan untuk datang pada tanggal 14 bulan ke-10 kalender Jawa. Merupakan ritual Hindu Tengger yang berpusat di sekeliling Gunungapi Bromo. Puncak dari acara dengan melempatkan hasil bumi sebagai persembahan ke kawah Gunung Bromo. Bila terjadi erupsi seperti sekarang, wisatawan pun masih bisa datang untuk menyaksikan erupsi Bromo. Memang tidak boleh mendekati ke lautan pasir, apalagi ke kawah. Jarak aman radius 2,5km dari kawah. Gunung Penanjakan merupakan salah satu alternatif untuk menikmati Bromo, menikmati matahari terbit, dan juga melihat view Bromo. View matahari terbit merupakan daya tarik Bromo sejak masa silam. Sebagaimana dicatat oleh James R. Rush dalam buku Jawa Tempoe Doelo, 650 Tahun Bertemu Dunia Barat Komunitas Bambu, 2013, John Whitehead, ornitholog yang melakukan pendakian ke Bromo pada tahun 1880-an demi memburu pemandangan matahari terbit “merah darah”. “Saya tadi pagi ke sana. Sebelum matahari terbit. Menakjubkan,” kata Silvi, salah satu wisawatan dari Italia yang datang ke Bromo akhir Desember 2015. Ia bersama kawannya, Martha datang untuk mengunjungi Bromo, Ijen, dan kemudian ke Pulau Bali. Erupsi tidak terdaftar dalam perjalananan. Tetapi itu menjadi kejutan yang menyenangkan. Dengan mata berbinar penuh ketakjuban ia mengagumi erupsi Bromo, sebuah aktivitas berbahaya yang bisa disaksikan di depan mata. Berlama-lama ia menyaksikan erupsi ini dari depan hotel yang menghadap view Bromo. !break!Panorama desa yang tak jauh dari Kaldera Bromo. Tanah-tanah pertanian yang awalnya hijau dengan aneka sayuran sekarang berubah menjadi kelabu karena tertutup abu vulkanik akibat letusan Gunung Bromo. Titik Kartitiani Daya tarik Bromo yang tak ada di tempat lain adalah adanya kawah di tengah kawah. Ketika naik ke puncak dengan ketinggian mdpl, maka akan terlihat kawah selebar 100km dengan bagian tengah masih mengepulkan asap sebagai kawah yang aktif. Puncak Bromo ini terdapat di kawasan Kaldera Tengger yang memuat 5 gunung, yaitu Gunung Mungal Gunung Batok Gunung Widodaren Gunung Iderider mdpl, dan Gunung Bromo itu sendiri. Masing-masing kisah pembentukannya merupakan kisah geologi yang menarik untuk dicermati. Komplek Kaldera Tengger selebar 16km ini diperkirakan dibentuk secara bertahap, sekitar 2 juta tahun silam, erah zaman Pleistosen akhir dan Holosen awal. Rekam Jejak Aktivitas Bromo Menurut pantauan Pos Pengamatan Gunungapi Bromo di Dukuh Cermoro Lawang, Desa Ngadisari, aktvitas Bromo terekam mulai meningkat pada Bulan Oktober 2015. Kemudian ditetapkan Siaga pada tanggal 4 Desember 2015 hingga kini. Menurut M. Syafei, pengamat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG, Bromo, tidak bisa dipastikan sampai berapa lama aktivitas Bromo berlangsung. Terakhir terpantau erupsi Bromo pada tahun 2010. Erupsi berlangsung selama 7 bulan. Dalam ingatan Martolo, letusan besar sampai ia mengungsi, terjadi pada tahun 1980-1982, karena terjadi lemparan batu. Badan Geologi mencatat bahwa letusan-letusan kecil yang menjadi puncak aktivitas Bromo pada 21 Juni 1980 sebanyak 2-3 kali letusan per menit. Letusan besar terjadi 2-3 menit menyemburkan abu, pasir, dan bongkahan lava dengan garis tengah sampai 1-1,7m. Bongkahan ini menyebar di sekitar bibir kawah bagian luar, sedangkan penyebaran abu ke arah barat laut sejauh lebih kurang 5km di daerah Tosari. Lemparan material berdiameter 10-25cm mencapai jarak di kaki Gunung Batok. Tercatata juga, pada tanggal 11-14 Juli, terjadi peningkatan lagi berupa semburan asap berwarna hitam dengan ketinggian mencapai di atas kawah, menyebabkan hujan abu di Ngadisari yang jaraknya 5km. Peristiwa inilah yang menyebabkan Martolo dan warga desa sempat mengungsi. Sedangkan erupsi terakhir pada tahun 2010-2011 tidak sampai mengungsi, walau gemuruh terdengar lebih keras dari sekarang. Juga hujan abu vulkanik lebih tebal. Tanggal 23 November 2010 ditetapkan di level III Siaga. Pada sore harinya, pukul WIB dinaikkan menjadi level IV awas ketika terjadi letusan lebih besar dengan ketinggan asap 400-800m. Erupsi pada periode ini mencapai 7 bulan, sampai aktvitas Bromo normal kembali. Bila kondisi normal, tinggi asap antara 50-100m dari kawah dan berwarna putih. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Jakarta - Gunung Bromo adalah salah satu gunung aktif di Jawa Timur dan merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Bromo sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Brahma yang merupakan salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu. Sedangkan dalam bahasa Tengger Bromo dibaca terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut dengan dikelilingi oleh empat kabupaten yaitu Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang. Gunung Bromo memiliki puncak tertinggi nomor dua setelah beberapa fakta menarik mengenai Gunung Bromo 1. Proses terbentuknya Gunung BromoGunung Bromo serta lautan pasir berasal dari 2 gunung yang saling berhimpitan satu sama lain yang keduanya dinamakan Gunung Tengger 4. 000 meter dpl yang merupakan gunung tertinggi saat fenomena letusan kecil dengan materi vulkaniknya terlempar ke arah tenggara sehingga membentuk lembah yang besar dan dalam. Setelah itu, terjadi letusan yang dahsyat hingga menciptakan kaldera yang memiliki diameter lebih dari 8 lanjutan dari letusan gunung tersebut ialah memunculkan lorong magma di tengah kaldera sehingga memunculkan beberapa gunung lain, yaitu Gunung Widodaren, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo, serta menimbulkan terjadinya lautan Upacara KasadaUpacara Kasada adalah upacara yang dilakukan oleh agama Hindu dari Suku Tengger, namun tidak dilakukan oleh agama Hindu Kasada merupakan salah satu ritual yang dilakukan untuk meminta pengampunan kepada Brahma dalam sebuah bentuk pengorbanan. Pengorbanan ini dapat berupa pakaian, uang, makanan, sayuran, buah-buahan, dan hasil Kasada dilakukan setiap hari ke-14 di bulan Kasada dalam penanggalan Memiliki salah satu spot sunrise yang favoritKetikan melakukan penanjakan, hal yang paling dicari oleh para pendaki gunung Bromo adalah dapat melihat keindahan matahari terbit yang berada di puncak sedikit para pendaki yang rela ke puncak Bromo untuk melihat keindahan ini, dan menjadikannya sebagai salah satu spot foto favorit bagi para pendaki Gunung Bromo. Para pendaki dapat memulai perjalanannya dari Cemoro Lawang di Bukit TeletubbiesBukit yang sering disebut dengan nama Bukit Teletubbies ini aslinya adalah sebuah padang rumput sabana dengan dikelilingi oleh hamparan bunga-bunga yang cukup siang hari, bukit tampak indah sekali dengan hamparan rerumputan yang hijau. Bukit ini berada di balik Gunung Bromo, sehingga para wisatawan yang ingin ke daerah ini harus mengeluarkan tenaga yang extra untuk mendapatkan pemandangan yang sangat Gunung dengan letusan yang teraturGunung Bromo memiliki keunikannya sendiri, yaitu memiliki letusan yang teratur. Letusan ini dikatakan teratur karena Gunung Bromo selalu meletus setiap 30 tahun sekali, yang dimulai dari tahun 1767, 1974, dan yang terakhir 2015. Gunung Bromo memiliki waktu erupsi yang singkat yaitu 20 menit pada tahun 2004, dan erupsi yang panjang dengan lama waktunya adalah 9 bulan pada tahun Fenomena embun esFenomena embun es ini dapat disebut dengan fenomena tahunan yang terjadi di Gunung Bromo. Embun es atau bun upas frost terjadi dibeberapa titik di Gunung Bromo yakni di Lautan Pasir, Pasir Berbisik, dan Bukit embun es ini terjadi karena penurunan suhu yang drastis dengan tekanan angin yang cukup tinggi. Biasanya embun es ini terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. Sedangkan untuk puncaknya terdapat di awal dan pertengahan tahunnya, fenomena ini selalu dinantikan kehadirannya oleh para wisatawan. Bagi para wisatawan yang ingin melihatnya, dapat melihat embus es pada pukul WIB sampai WIB. Simak Video "Polisi Ungkap Penyebab Hilangnya Patung Ganesha di Gunung Bromo" [GambasVideo 20detik] pin/pin
awal mula gunung bromo